Selasa, 13 Januari 2009

Citra Orangtua Terhadap Masa-Depan Anak

Benjamin D.Singer dalam tulisannya “The Future-Focused Role-Image mengemukakan beberapa hasil penelitian tentang orientasi waktu para pelajar beserta keberhasilan belajar mereka di sekolah. Penelitian ini terutama dilakukan di kalangan pelajar di Amerika Serikat. Antara lain hasil penelitian ini diperoleh dari kalangan anak-anak prasekolah, anak-anak
sekolah dasar dan anak-anak yang setingkat dengan anak-anak sekolah menengah pertama kita di sini.

Pada anak-anak tingkat prasekolah, hasil penelitian Norma Radin dan Hanne Sonquist menemukan, bahwa faktor yang paling penting yang berhubungan dengan keberhasilan nyata (pertumbuhan kognitif) anak-anak itu adalah citra orang-tua terhadap masa-depan anak-anak. Terlebih pula di antara penduduk yang tidak terlalu beruntung,

harapan orang-tua ini merupakan variabel penduga terbaik untuk pertumbuhan kognitif di kalangan anak-anak prasekolah itu. Mungkin saja citra orang-tua mengenai anak-anaknya itu merupakan faktor utama terhadap pertumbuhan intelektual mereka, yang lebih penting daripada keluangan waktu orang-tua untuk mengajar anak-anak itu berhitung atau menulis nama.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sekalipun pada usia muda prasekolah, perkembangan pertumbuhan pengetahuan anak sudah dipengaruhi oleh gambaran masa-depan yang diteruskan oleh orang-tua kepada anak-anak mereka. Anak-anak yang memiliki citra masa depan, akan memiliki hasil belajar yang lebih baik kelak dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki citra-masa depan walaupun dijejali dengan pengajaran yang diperlukan di sekolah.

Pada tingkat sekolah dasar, suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan timbal-balik (korelasi) yang hampir menyeluruh dan berkesan antara penilaian orang-tua dan anak-anaknya terhadap prestise jabatan pekerjaan. Ini berarti bahwa jabatan pekerjaan apa yang dianggap baik oleh orang-tua, pada umumnya dianggap baik pula oleh anak-anak mereka. Harapan orang-tua agar anaknya kelak memperoleh jabatan pekerjaan yang baik, dapat menjadi harapan anak itu pula untuk masa-depannya. Dengan demikian orientasi masa-depan itu berpengaruh pula terhadap pertumbuhan dan hasil belajar anak di sekolah.

Pada anak-anak yang setingkat dengan anak-anak sekolah menengah pertama kita di sini, penelitian lain menunjukkan bahwa sebagian anak memperlihatkan orientasi waktu ke masa depan, sedangkan sebagian lagi berpikir dalam acuan waktu masa lalu atau masa kini. Ternyata pelajar yang berorientasi waktu paling ke masa-depan, juga memiliki hasil belajar yang paling tinggi di sekolah. Dalam hal ini, John E. Teahan berpendapat, bahwa usaha besar untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang memerlukan ketekunan, dapat memiliki arti bagi pelajar yang melihat tugas itu dalam acuan perspektif waktu masa-depan, ketika keberhasilan akan menjadi imbalannya.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan terhadap golongan anak nakal. Dalam penelitian ini Robert J. Barndt dan Donald Johnson menemukan, bahwa dibandingkan dengan anak-anak yang tidak nakal, orientasi waktu anak-anak nakal adalah lebih pendek ke depan. Anak-anak tidak nakal mempunyai orientasi waktu lebih jauh ke masa-depan. Ini berarti bahwa citra masa-depan yang terdapat di dalam diri anak itu dapat menghambat kenakalan anak.

Sumber : Kompas
Read More..

Kamis, 08 Januari 2009

Apa Yang Dapat Dilakukan Orangtua Terhadap Anaknya

Bagaimanapun orangtua tetap memiliki pengaruh besar dalam hidup remaja mereka. Misalnya dalam hal mencari sekolah, mengerjakan homework, soal kesehatan dan juga dalam merencanakan karir. Untuk dekat dan bisa membimbing anak terutama anak remaja orang tua membutuhkan beberapa sifat seperti: dapat menoleransi paradoks dalam diri mereka, misalnya berjanji namun tidak dapat menepatinya. Mempunyai rasa humor sebab mereka butuh teman ngobrol dan bercanda. Juga sifat yang fleksibel. Kita bisa menyesuaikan diri dengan remaja. Jangan kecewa kalau nasehat kita kadang diabaikan.

Tidak ada hal yang lebih penting bagi orang tua daripada belajar secara aktif menjumpai kebutuhan emosional anak mereka sejak kanak-kanak. Cinta yang emosional atau perasaan cinta mendalam merupakan (menu) kebutuhan utama anak-anak kita. Anak butuh perasaan terhubung, perasaan diterima dan dipedulikan orang tuanya. Jika tiga hal ini tidak dia rasakan dari orang tuanya maka tanki emosi cintanya kosong. Kekosongan itulah yang akan mempengaruhi tingkah laku saat remaja.

Cinta Sebagai Dasar Komunikasi Dengan Anak

Cinta adalah dasar dari bangunan relasi orang tua dan anak remaja.Kekurangan cinta dapat membuat mereka terjebak mendapat cinta di tempat yang salah. Banyak anak mengabaikan kita sebagai orang tua karena anak merasa tidak dicintai.
Anak-anak masa kini sangat membutuhkan kehadiran orang tua, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara mental. Waktu bersama anak, baik secara kuantitas dan kualitas. Kalau anak kurang mendapat waktu orang tua, anak akan merasa kurang aman. Mereka merasa dibiarkan oleh orang tua. Jika orang tua memberi waktu yang cukup dan waktu berkomunikasi bersama, maka anak akan merasa diperhatikan. Jika sebaliknya, anak akan merasa diabaikan. Dia bisa berpikir bahwa orang tuanya tidak mencintai dirinya. Bersama anak untuk ngobrol, makan bersama, main bersama adalah hal-hal yang sangat baik membangun komunikasi dengan mereka. Sayangnya meski banyak orang tua berada di rumah tapi sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga orang tua dan anak tetap tidak saling berhubungan satu sama lain.
Hal penting lainnya adalah anak perlu merasa diterima seperti kakak atau adiknya. Jangan sampai ia merasa dibeda-bedakan. Hindari juga kekerasan, terutama kekerasan psikis yakni dengan mengejek dan melecehkan anak. Penolakan adalah sebuah kejahatan psikologis yang menyebar ke seluruh sistem emosi anak dan sangat merusak.

Lima Bahasa Cinta Anak

Gary Chapman dalam bukunya yang popular “Lima Bahasa Cinta” mengajarkan lima bahasa cinta anak-anak kita. Dengan mengenal bahasa cinta anak, kita mampu berhubungan dan mendidik anak dengan baik. Lima bahasa cinta anak-anak kita antara lain:

Pertama: Kata-kata pujian dan afirmasi

Hal pertama yang mereka butuhkan dari cinta kita adalah, berikan penguatan lewat kata-kata kita. Bagaimana memberikan afirmasi kita? Ucapkan kata-kata pujian secara verbal. Pujian itu harus tulus dan spesifik. Pujilah usahanya (proses) dan bukan hasilnya (kesempurnaan). Berikanlah kata-kata afeksi. Kalau kata pujian lebih ke arah memuji tingkah laku, kata-kata afeksi tertuju ke perasaannya dengan menghargai dirinya sendiri sebagai pribadi yang utuh. Ucapkanlah kata-kata ini berulangkali. Misalnya:
“Saya sayang kamu!”
“Saya bangga punya kamu!”
“Jika saya harus memilih anak remaja di dunia ini, saya pasti pilih kamu!”
“Kamu begitu mengagumkan!”
“Aku bangga jadi papamu!”
Jika anda lebih bersifat puitis, ungkapkanlah lebih panjang. Setiap kata ini akan mempengaruhi perasaan anakmu sangat dalam. Itu akan membuat anak merasa berharga, mulia dan dicintai. Banyak kita tidak terbiasa dengan hal ini, tapi perlu dilatih, dilatih dan dilatih. Ucapkan kata-kata afirmasi di depan anggota keluarga lainnya (bukan di depan teman sebayanya). Kadang perlu disertai tepuk tangan. Peneguhan ini akan mendorong untuk mempertahankan sikap dan perbuatan yang baik.

Kedua: Sentuhan Fisik (Physical Touch)

Tidak dapat disangkal, ada kuasa dalam setiap sentuhan kepada orang yang kita cintai. Waktu anak kita bayi, kita peluk, gendong dan cium. Anak kita yang tiga tahun, kita angkat dan bermain seperti pesawat. Tetapi kalau sudah anak menjadi remaja perlu belajar bagaimana dan kapan menyentuh mereka. Orang tua perlu belajar seni menyentuh anak tepat waktu. Orang tua yang bijak akan belajar terus mengenal anak mereka.
Sangat tidak bijak menyentuh anak anda saat ia marah. Sebaliknya, saat mereka gagal, mereka membutuhkan sentuhan kita. Itu saat baik menyatakan sentuhan cinta kita. Juga saat mereka berhasil dan menang dalam suatu pertandingan. Tentang tempat di mana menyentuh mereka sebaiknya jangan di depan public atau di depan teman sebayanya. Sebab mereka tidak mau disebut “anak mami” atau “anak papi”. Tempat terbaik adalah rumah anda sendiri, yakni ketika anda berdua dengan si anak. Saat itu anda di gunung yang dingin, dekat perapian, dlsb.

Ketiga: Waktu Yang Berkualitas

Anak kami yang kedua bahasa cintanya adalah waktu berkualitas. Dia senang diajak main catur, main monopoli atau permainan yang membutuhkan waktu dan kebersamaan. Waktu berkualitas berarti memberikan anak anda perhatian yang tak terbagi-bagi (konsentrasi penuh). Dalam dunia yang tergesa dan instant seperti ini, banyak orang tua sulit berkomunikasi dengan waktu yang berkualitas. Meski anda sibuk, anda harus menyediakan (bukan menyisakan) waktu untuk anak-anak anda, berikan dengan perhatian yang penuh. Aspek utama dari waktu yang berkualitas adalah bersama anak-anak.
Sejak 5 tahun lalu kami memutuskan memiliki waktu bersama dengan cara pergi ke daerah yang cukup jauh untuk berlibur. Dengan mobil, kami cukup banyak waktu ngobrol di sepanjang perjalanan dan hotel tempat kami menginap.

Keempat: Tindakan Pelayanan

Waktu anak bayi dan kanak-kanak, orang tua melayani anak dengan ganti popok, menyuap anak, mengganti ban sepeda, dsb. Setelah mereka remaja, kita perlu mengenali apa yang membuat anak merasa dilayani. Mengantar mereka sekolah, membantu mereka menyediakan tugas sekolah yang cukup berat, dan sebagainya. Juga memasak, mencuci membersihkan rumah dan sebagainya adalah tindakan pelayanan yang akan dikenang anak-anak kita.
Pelayanan harus diberikan dengan sukarela, bukan terpaksa. Pelayanan kepada anak dimotivasi oleh hati yang sukarela dan sukacita. Jika kita melayani terpaksa dengan sungut-sungut dan kepahitan, kita memang bisa memenuhi kebutuhan fisik anak tapi tidak memenuhi kebutuhan jiwa mereka. Jangan pula memberikan pelayanan untuk memanipulasi anak. Misalnya seorang ayah berkata pada anaknya, “Bapak akan belikan kamu sepeda kalau kamu baik-baik belajar di rumah.” Ini bukanlah pelayanan, tetapi sebuah kontrak.” Aku akan, jika kamu...” Ini memang kadang diperlukan, tetapi ini bukanlah ekspresi kasih emosional yang membangun. Jika pelayanan anda pada anak selalu dihubungkan dengan pelayanan si anak yang kamu inginkan, anda melakukan manipulasi. Kasih harus diberikan secara cuma-cuma.

Kelima: Pemberian (gifts)

Gifts dapat dilihat dan dirasakan, sebagai bukti cinta. Kata Yunani gift adalah charis yang artinya: anugerah, pemberian cuma-cuma. Ini diberikan karena orang tua ingin membagikan kasih yang tak bersayarat kepada remajanya. Jika kita memberikan pada anak karena ia layak, ia baik dan manis perbuatannya maka itu bukanlah gift. Kapan anda memberikan hadiah pada anak anda? Mengapa anda memberikannya?
Dalam memberikan hadiah, usahakanlah ada sedekit seremoni. Ada ungkapan cinta anda pada anak. Katakan padanya: aku berikan ini karena aku mencintaimu. Aku merasa bangga akan kamu, dan aku merasa kamu penting dalam hidupku.
Dalam memberikan hadiah perhatikanlah minat dan kebutuhan anak anda. Apa yang ia butuhkan saat itu.

Adolf

Read More..